Pemanfaatan Animasi Untuk Edukasi

  Pemanfaatan animasi terus meluas di berbagai sektor kehidupan. Animasi dapat memenuhi berbagai kebutuhan sekaligus mendatangkan keuntungan. Misalnya, animasi untuk pemasaran (marketing) dapat menstimulasi konsumen secara visual dan emosional, sehingga produk bisa lebih dikenal bahkan diingat. Contoh lain dari pemanfaatan animasi yang paling marak adalah aplikasi game. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, tren animasi pada aplikasi game semakin menarik minat pengembang maupun pengguna di seluruh penjuru hingga pelosok daerah. Tak ketinggalan, sektor pendidikan pun turut memanfaatkan animasi untuk meningkatkan dan memfasilitasi pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang berubah seiring waktu.

   Di lingkungan pendidikan formal, animasi memiliki potensi untuk mengklarifikasi konsep-konsep yang abstrak dan sulit dipahami dalam membantu pemahaman konseptual siswa. Potensi tersebut dapat dioptimalkan melalui proses pengembangan animasi yang akurat terkait topik tertentu yang akan diajarkan. Salah satu cara untuk menjaga akurasi materi animasi adalah dengan melakukan tinjauan kritis secara berkala terhadap informasi yang digambarkan dalam animasi untuk siswa. Mungkin saja, sebuah animasi tentang suatu materi pelajaran justru menjadi terlalu rumit bagi siswa.

  Untuk mengembangkan animasi yang akurat diperlukan langkah-langkah runut, mulai dari pembuatan storyboard; definisi objek atau karakter; spesifikasi keyframes; dan pembuatan frames di antara keyframes. Validasi storyboard memungkinkan untuk melihat pergeseran alur dalam adegan dan dialog secara lebih jelas dan lebih rinci. Kunci penyusunan storyboard terletak pada penyusunan script yang memuat inti materi yang akan disampaikan atau diterjemahkan ke dalam sketsa animasi. Dari storyboard tersebut dapat diketahui objek atau karakter yang perlu dibuat untuk kemudian diolah menjadi animasi utuh dalam penggabungan keyframes dan frames.

Gambar 1: Contoh Storyboard


Gambar 2: Contoh Objek/Karakter

  Sebuah penelitian mengungkapkan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan melalui animasi. Penelitian tersebut dilakukan terhadap penggunaan animasi molekular untuk memahami reaksi kimia. Animasi molekular diperlukan karena siswa tidak mungkin mengamati fenomena sebuah reaksi kimia pada skala molekular secara langsung. Pada sebuah simulasi reaksi kimia, siswa diminta untuk menggambarkan reaksi antar zat-zat kimia tersebut dalam bentuk persamaan/fungsi menggunakan simbol zat-zat kimia. Kemudian, siswa diminta menyaksikan animasi yang telah dibuat oleh instruktur untuk menjelaskan sebuah reaksi kimia tersebut. Fokus siswa diamati dengan memanfaatkan teknologi eye tracking terhadap siswa saat menyaksikan animasi tersebut. Kemudian, siswa diminta menjelaskan pemahaman tentang reaksi kimia yang telah mereka saksikan.


Gambar 3: Rekaman Eye Tracking (lingkaran kecil warna-warni)

  Setelah melihat animasi tersebut, 10 dari 18 siswa membuat perubahan yang meningkatkan representasi persamaan/fungsi yang telah mereka buat. Hal ini membuktikan bahwa siswa fokus memahami apa yang ditekankan oleh animasi. Efektivitas animasi dapat bervariasi berdasarkan tingkat tujuan pembelajaran dan kemampuan belajar siswa. Namun, peran penting dalam pengembangan animasi seiring perkembangan teknologi untuk edukasi mutlak diperlukan.

Referensi:

- https://bpptik.kominfo.go.id/2020/01/27/7609/animasi-untuk-edukasi/
- Kelly, R. M., & Jones, L. L. (2007). Exploring How Different Features of Animations of Sodium. Berlin, Germany: Springer Science & Business Media B.V.
Share on Google Plus

About Danu Widi Anggono

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar

Top Menu

Blogger templates

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
By : Danu Widi

Pages

Popular Posts